Saya sering sekali lewat depan Museum ini. Saya sering kali mengantar keluarga & teman untuk jalan-jalan ke Keraton Yogyakarta, Tapi baru tahun 2012, saya bisa Jalan-jalan ke Museum Kareta (bukan ‘ kereta ’) Kraton Ngayogyakarta yang terletak tidak jauh dari Kraton Ngayogyakarta itu sendiri. Tepatnya di Jalan Rotowijayan.
Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta, seperti yang tertulis di papan obyek wisatanya. terdengar agak aneh memang, kata kereta ditulis dengan nama “ kareta ” dan kata kraton ditulis dengan “ karaton ”.
Menurut saya, wisata ke museum ini sebaiknya didampingi oleh guide karena kalau tidak kita pasti tidak akan mengerti cerita dan latar belakang sejarah tiap-tiap kereta yang ada disana. Atau menggunakan trik saya yaitu berkunjung ke museum itu disaat ramai pengunjung wisatawan lokal ( saat liburan sekolah, habis lebaran, akhir tahun ) sehingga kita bisa nebeng ngedengerin penjelasan guide-nya wisatawan-wisatawan tersebut ( hehehe.... )
Memasuki
museum, sudah tampak beberapa koleksi kereta kraton.
Kereta-kereta tersebut kondisinya masih terawat dengan baik karena
beberapa koleksi masih digunakan dalam berbagai upacara kraton seperti
Grebeg dan perkawinan putra-putri Sultan.
Berdasarkan penjelasan Pak Guide, kereta keraton ini umumnya dibeli pada jaman Sri Sultan HB VIII yang dianggap sebagai Sultan pembaharu. Beliau jugalah yang melakukan renovasi Kraton, membeli banyak kereta dan dianggap Sultan yang kaya karena pada jamannya tidak terjadi peperangan ( peperangan banyak terjadi pada masa Sri Sultan HB VII ). Museum kareta ini dulunya merupakan ‘ garasi ’ bagi kereta-kereta kraton. Disisi kiri museum, terdapat kandang kuda penarik kereta keraton. Beberapa kareta yang dianggap keramat disendirikan dan pintu penyekat hanya dibuka ketika ada pengunjung. Di tengah-tengah museum terdapat replika kuda putih yang digunakan untuk menarik kereta.
Berdasarkan penjelasan Pak Guide, kereta keraton ini umumnya dibeli pada jaman Sri Sultan HB VIII yang dianggap sebagai Sultan pembaharu. Beliau jugalah yang melakukan renovasi Kraton, membeli banyak kereta dan dianggap Sultan yang kaya karena pada jamannya tidak terjadi peperangan ( peperangan banyak terjadi pada masa Sri Sultan HB VII ). Museum kareta ini dulunya merupakan ‘ garasi ’ bagi kereta-kereta kraton. Disisi kiri museum, terdapat kandang kuda penarik kereta keraton. Beberapa kareta yang dianggap keramat disendirikan dan pintu penyekat hanya dibuka ketika ada pengunjung. Di tengah-tengah museum terdapat replika kuda putih yang digunakan untuk menarik kereta.
Kami
dijelaskan oleh pemandu
mengenai asal muasal masing-masing kereta yang ada berikut fungsi dan
kegunaannya. Hampir semua koleksi berusia lebih dari 100 tahun. Saya
cukup kagum dengan koleksi yang usianya cukup tua masih dalam kondisi
yang cukup baik. Beberapa kereta kencana
masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran Keraton. Namun, beberapa
sudah tak pernah digunakan lagi karena faktor usia. Kereta-kereta
tersebut kemudian dianggap
pusaka dan diberi nama seperti pusaka-pusaka keraton lainnya. Selain
itu kereta tersebut rutin diberi sesaji setiap jumat dan selasa kliwon.
Kata Pak Guide, ada 23 kareta karaton di museum ini. Sebenarnya Pak Guide nyebutin satu persatu nama-nama karetanya, tapi yang nyangkut dalam ingatan saya hanya sedikit ( hehehe..lain kali saya akan pake perekam sodara-sodara....:D )
Kata Pak Guide, ada 23 kareta karaton di museum ini. Sebenarnya Pak Guide nyebutin satu persatu nama-nama karetanya, tapi yang nyangkut dalam ingatan saya hanya sedikit ( hehehe..lain kali saya akan pake perekam sodara-sodara....:D )
Saya akan menjelaskan yang saya ingat aja. Memasuki sebuah ruangan terdapat
beberapa kereta salah satunya berfungsi sebagai kereta jenazah. Kereta
jenazah tersebut bernama Kereta Kyai Ratapralaya.
Kemudian kami memasuki ruangan lain yang
terdapat 4 buah kereta. Disinilah terdapat kereta tertua dan termewah.
Kereta tertua bernama Kereta Kanjeng Nyai Jimad dan kereta termewah
bernama Kereta Kyai Mondrojuwolo .
Sebagai
pusaka Keraton, kereta-kereta tersebut dimandikan dan " diberi makan "
berupa sesajen. Ritual ini bernama Jamasan, yang selalu jatuh pada
Selasa atau Jumat Kliwon pertama di bulan Suro ( bulan pertama dalam
kalender Jawa ). Khususnya
pada Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kereta Garudayaksa, konon air bilasan
kereta tersebut membawa berkah.
Selain koleksi kareta, kita juga bisa melihat replika pelana
yang dipergunakan oleh Sultan, yaitu Pelana Kyai Cekatha.
Pelana Sultan yang asli mengandung emas dan butiran berlian.
Beberapa pelana terbuat dari kulit macan. Ada juga koleksi
pakaian dan aksesori pengendali kuda.
Selanjutnya kami berjalan menuju
ke arah pintu keluar. Sebelumnya di sisi saya terdapat Kereta Landower,
Kereta Landower Surabaya, dan Kereta Landower Wisman. Kereta tersebut
merupakan kereta-kereta yang dibuat oleh orang Belanda. Kereta ini
digunakan oleh para kerabat dekat Sultan untuk mengawal Sultan.
Akhirnya
tur wisata Museum Kareta Karaton selesai sudah dan saya mengucapkan
terima kasih kepada Pak Guide, tentunya didalam hati saja...hehehe... ( maaf ya Pak karena saya selalu menyukai yang gretongan..:D )